Hasil Survei; Perputaran Uang Selama Festival Budaya IRAU ke-11 Capai Rp 107 Miliar, Didominasi Ekonomi Kreatif dan UMKM Malinau

26 Oktober 2025

MALINAU, takanews.com – Festival Budaya Irau ke-11 yang digelar dalam rangka Hari Ulang Tahun (HUT) ke-26 Kabupaten Malinau tak hanya menjadi ajang perayaan seni dan budaya, tetapi juga motor penggerak ekonomi daerah.

Untuk diketahui, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malinau menggelar Festival Budaya IRAU ke-11 sejak 07 Oktober 2025, kegiatan tersebut resmi berakhir pada 26 Oktober 2025 bertepatan HUT Kabupaten Malinau.

Disampaikan langsung oleh Bupati Malinau Wempi W Mawa, dalam rapat paripurna istimewa peringatan HUT ke-Berdasarkan hasil survei gabungan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Malinau dan Politeknik Malinau, yang dilakukan mulai 07 hingga 25 Oktober 2025, perputaran uang yang sangat besar. Bahkan mengalami lonjakan yang signifikan, dari penyelenggaraan Irau tahun 2023 lali.

Survei tersebut mencatat total output perputaran uang selama Irau 2025 mencapai Rp107,5 miliar, atau meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan pelaksanaan Irau tahun 2023 yang mencapai Rp44,83 miliar.

Kenaikan tajam ini menunjukkan bahwa sektor UMKM dan ekonomi kreatif di Malinau semakin berkembang dan berperan penting dalam mendukung perekonomian lokal.

Menurut hasil pengamatan lapangan, ribuan pelaku usaha lokal turut ambil bagian dalam festival ini mulai dari kuliner tradisional, kerajinan tangan, hingga produk olahan khas daerah.

Tak hanya warga Malinau, pelaku UMKM dari berbagai kecamatan dan kabupaten sekitar juga memanfaatkan momentum Irau untuk memperluas pasar dan memperkenalkan produk mereka kepada pengunjung dan wisatawan.

Bupati Malinau, Wempi W. Mawa, menyebut, peningkatan drastis ini tidak lepas dari peningkatan jumlah pengunjung dan lamanya durasi kegiatan, serta semakin baiknya dukungan infrastruktur ekonomi kreatif.

“Festival Irau 2025 memperlihatkan bagaimana kegiatan budaya dapat menjadi penggerak utama ekonomi daerah. Ada lonjakan signifikan pada sektor konsumsi dan transaksi UMKM,” sebut Wempi.

Ia menilai, melalui pagelaran budaya ini adanya perubahan perilaku ekonomi masyarakat lokal yang semakin adaptif dan inovatif.

Bupati menambahkan, banyak pelaku UMKM kini memanfaatkan platform digital dan media sosial untuk promosi dan penjualan produk selama festival berlangsung.

“Kami melihat tren baru di mana ekonomi kreatif tumbuh seiring peningkatan kesadaran digital masyarakat,” ujar Wempi.

Selain berdampak langsung pada sektor perdagangan dan jasa, Wempi, menjelaskan, pertumbuhan ekonomi selama Irau juga menggerakkan sektor pendukung lainnya seperti transportasi, penginapan, kuliner, dan hiburan rakyat.

“Karena selama kegiatan berlangsung, banyak wisatawan lokal dan mancanegara yang datang turut menciptakan efek domino terhadap peningkatan pendapatan masyarakat,” jelas Wempi.

Dikatakan, melalui hasil survei BPS dan Poltek tersebut, Irau terbukti bukan hanya perayaan identitas budaya, tetapi juga ekosistem ekonomi kreatif yang produktif dan berkelanjutan.

“Peningkatan perputaran ekonomi hampir 200 persen menegaskan bahwa seni, budaya, dan ekonomi kini berjalan beriringan di Kabupaten Malinau,” ungkapnya.

Wempi menegaskan, pemerintah daerah akan terus memperkuat sinergi dengan pelaku UMKM, komunitas kreatif, dan lembaga pendidikan agar hasil dari momentum Irau tidak berhenti pada euforia semata.

“Irau bukan sekadar festival budaya, tetapi ruang untuk membangun ekonomi masyarakat. Pertumbuhan hampir dua kali lipat ini menjadi motivasi bagi kita semua untuk terus berinovasi dan menjaga semangat gotong royong dalam membangun Malinau,” ungkapnya.

Melalui kegiatan ini, Wempi mengapresiasi capaian yang diraih sebagai bukti nyata dampak positif dari penyelenggaraan Irau.

“Semua ini tidak lepas dari para panitia khususnya Ketua Panitia Irau ke-11 yakni Sekda Malinau, Ernes Silvanus beserta jajarannya yang bekerja keras untuk mensukseskan pagelaran budaya Irau,” pungkasnya. (*)