Pengrajin Balok Asa Kutai Barat Pertahankan Anyaman Tradisional di Tengah Arus Modernisasi


SENDAWAR, takanews.com – Di tengah derasnya arus modernisasi dan perubahan gaya hidup, masyarakat Kampung Balok Asa, Kecamatan Barong Tongkok, Kabupaten Kutai Barat (Kubar), tetap teguh mempertahankan kerajinan anyaman tradisional berbahan rotan. Bagi warga setempat, aktivitas ini bukan sekadar kegiatan ekonomi, melainkan bentuk nyata pelestarian warisan budaya dan identitas lokal.

Dilansir dari RRI.co.id, semangat mempertahankan kerajinan tradisional masih kuat di kalangan pengrajin Balok Asa. Yohanes, salah satu pengrajin lokal yang telah lama menekuni usaha ini, mengungkapkan bahwa anyaman rotan telah menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat.
“Waktu dulu kita mulai dengan membuat tikar polos saja. Sekarang kita sudah bisa buat tas, dengan anyaman motif yang lebih rumit agar tetap menarik di era modern,” ujar Yohanes.
Menurut Yohanes, perkembangan anyaman di Kutai Barat kini menunjukkan transformasi positif.
Para pengrajin tidak hanya memproduksi barang-barang klasik seperti tikar dan bakul, tetapi juga menghadirkan desain dan motif modern yang disesuaikan dengan selera pasar.
Produk seperti tas, wadah hias, dan perlengkapan rumah tangga kini banyak diminati pembeli dari luar daerah. Namun, di balik perkembangan tersebut, tantangan juga semakin nyata. Yohanes menuturkan, sejak pandemi COVID-19, permintaan sempat menurun, sementara bahan baku seperti rotan dan daun doyo makin sulit diperoleh secara lokal.
“Kadang kita harus beli dari luar kampung dengan harga yang makin mahal,” katanya. Meski menghadapi kendala, Pemerintah Kabupaten Kutai Barat melalui instansi terkait terus memberikan dukungan.
Berbagai program dilakukan untuk memperkenalkan kerajinan khas Kubar melalui pameran nasional dan internasional, serta pelatihan pengembangan desain dan pemasaran digital bagi pengrajin.
Yohanes berharap generasi muda Balok Asa dapat ikut terlibat dalam usaha pelestarian ini. Ia khawatir, tanpa regenerasi, kerajinan anyaman tradisional akan perlahan hilang.
“Kami ingin anak-anak kampung melihat bahwa membuat anyaman bukan pekerjaan kuno, tapi bisa jadi peluang usaha dan bagian dari kebanggaan budaya,” ujarnya.
Dengan tekad untuk terus berinovasi dalam motif, bentuk, dan strategi pemasaran, para pengrajin Balok Asa kini mulai memanfaatkan media sosial dan kerja sama dengan pelaku usaha yang lebih besar.
Mereka optimistis, anyaman tradisional Kutai Barat masih memiliki masa depan cerah di tengah arus modernisasi yang kian cepat. (adv)