

SENDAWAR, takanews.com – Tak hanya menjadi tempat belajar, keberadaan Museum Etnografi Sendawar juga menjadi objek wisata edukasi di Kutai Barat, yang bisa mendatangkan wisatawan dari luar Kutai Barat.
Museum pertama di Kabupaten Kutai Barat ini didirikan berdasarkan Peraturan Bupati Nomor 06 Tahun 2010.

Di Museum Etnografi Sendawar, mengoleksi ratusan jenis barang peninggalan etnografi dari enam sub-etnis dayak di Kabupaten Kutai Barat. Mulai dari Etnis Tunjung, Benuaq, Bahau, Aoheng, Kenyah dan Melayu.
Pada tahun 2016, pengelolaan Museum Etnografi Sendawar dipindah alih oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah. Adanya wisata Museum Etnografi Sendawar diharapkan dapat mendorong kaum muda agar peduli dengan kebudayaan Suku Dayak Kalimantan Timur dan merasa bangga dengan budaya-budaya leluhur.
Sejak tahun 2010 lalu, museum ini sudah dibuka untuk umum, terletak di area Perkantoran Pemerintahan, tepatnya di Kompleks Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kutai Barat, yang berseberangan dengan Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) setempat.

Kepala UPT Museum Etnografi Sendawar, Yosep Suparno mengatakan, sampai sejauh ini, pengunjung museum masih didominasi oleh kalangan pelajar, disamping pengunjung dari luar daerah dan mancanegara.
Menurut Yosep, Museum ini juga masuk ke dalam cagar wisata daerah Kutai Barat sebagai tempat edukatif untuk kegiatan rekreasi bagi masyarakat umum. Tidak heran, jika museum menyimpan koleksi benda-benda bersejarah sebagai bentuk upaya melestarikan kebudayaan masyarakat dayak Kutai Barat.
Sementara itu terkait jam pelayanan dimungkinkan masih akan dibuka dari Senin hingga Jumat, sementara Sabtu dan Minggu tetap tutup.
“Ke depan kami upayakan untuk penambahan SDM guna memfasilitasi keinginan masyarakat atau pengunjung, sehingga di hari Sabtu dan Minggu museum dapat buka,” terang Yosep.
Yosep Suparno menjelaskan, pihaknya terus berupaya meningkatkan kunjungan masyarakat dalam pemanfaatan keberadaan Museum. Baik oleh masyarakat secara umum, wisatawan maupun para Pelajar dan Mahasiswa.
“Puji Tuhan, sejauh ini sudah ada peningkatan kunjungan, mulai dari kelompok masyarakat, wisatawan dan kelompok pelajar dari tingkat TK, SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi,” jelasnya.
Paling banyak menurutnya adalah, ketika ada kunjungan dari satuan pendidikan atau Sekolah, dimana para pelajar yang datang sangat antusias ingin mengenal koleksi-koleksi di Museum Etnografi Sendawar.
“Bahkan tidak sedikit tenaga pendidik juga terlibat ingin mengetahui lebih dalam tentang kebudayaan di Kutai Barat melalui koleksi-koleksi yang ada di museum ini,” ungkapnya.
Sementara untuk wisatawan mancanegara, terang Yosep, biasanya dilakukan berkelompok. Lalu ada juga yang datang sebagai turis serta sebagai peneliti. Terutama meneliti seni dan budaya serta kearifan lokal hingga tradisi suku Dayak di Kubar.
Sebab itu, keberadaan museum ini diharap mampu menjadi bagian dari wisata edukasi di Bumi Tana Purai Ngerimaan. Apalagi di dalam ruangan Museum Etnografi Sendawar, banyak tersimpan berbagai benda bersejarah, dan benda yang bernilai kearifan lokal turun temurun, peninggalan dari leluhur suku Dayak.
Seperti Senjata Tradisional, Alat menangkap ikan, Alat pertanian, Alat ritual bersejarah, ornamen-ornamen buatan suku dayak dahulu dan masih banyak lagi koleksi yang tersimpan dan tertata rapi di dalamnya. (adv)