
SAMARINDA, takanews.com – Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) mengelaborasi aksi cepat untuk menyelamatkan populasi Pesut Mahakam (orcaella brevirostris) yang kini berstatus terancam punah secara kritis dengan jumlah tersisa sekitar 60 individu di perairan Sungai Mahakam, Kalimantan Timur (Kaltim).
“Satwa ini harus dikonservasi. Butuh kolaborasi lintas sektor yang kuat dan terpadu, melibatkan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Kementerian Perhubungan, Kementerian PU, pemerintah daerah, hingga komunitas lokal,” kata Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Kementerian LH, Inge Retnowati di Samarinda, belum lama ini.
Rencana aksi cepat yang dirumuskan berfokus pada implementasi konkret di lapangan, seperti penataan lalu lintas transportasi air di zona inti habitat pesut, terutama di anak-anak sungai yang menjadi area mencari makan dan berkembang biak.
Solusi lain yang diupayakan mencakup aksi pencegahan melalui modifikasi alat tangkap nelayan, aksi pemulihan habitat, hingga penegakan hukum terhadap aktivitas ilegal, seperti penangkapan ikan dengan cara meracun atau menyetrum.
Di sisi lain, program pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan ekowisata berkelanjutan didorong sebagai solusi untuk memberikan alternatif ekonomi bagi warga sekitar, sehingga mereka dapat menjadi garda terdepan dalam menjaga kelestarian pesut.
“Upaya konservasi ini menjadi semakin mendesak mengingat lambatnya tingkat reproduksi pesut, dimana seekor betina hanya mampu melahirkan satu anak dalam rentang waktu tiga hingga empat tahun,” ucap Inge.
Status kritis tersebut didasarkan pada data penelitian Yayasan Konservasi Rare Aquatic Species of Indonesia (RASI) yang menunjukkan populasi mamalia air tawar endemik itu terus menghadapi berbagai ancaman serius menuju kepunahan.
Peneliti RASI, Danielle Kreb merinci sejumlah ancaman utama yang menyebabkan kematian pesut, mulai dari terjerat jaring insang nelayan, tabrakan dengan kapal ponton, pencemaran air termasuk mikroplastik, hingga kebisingan bawah air yang mengganggu sonar dan komunikasi mereka.
Dengan hilangnya populasi lumba-lumba baiji di Sungai Yangtze, China, Pesut Mahakam kini menjadi salah satu lumba-lumba air tawar paling langka di dunia yang keberadaannya wajib diselamatkan sebagai ikon kebanggaan dan kekayaan hayati Indonesia. (*)
