
TANJUNG SELOR, takanews.id – Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Kalimantan Utara (Kaltara) Zamzami mengungkapkan, di Kaltara ada dua jenis jalan yang menjadi tanggung jawab pusat. Yaitu jalan nasional sepanjang 605 kilometer (Km), dan jalan perbatasan sepanjang kurang lebih 1000 Km.
Untuk jalan nasional, yang kini tengah ditangani adalah ruas dari perbatasan Berau-Bulungan hingga Tanjung Selor, serta Tanjung Selor – Sei Ular, Nunukan.
Disebutkan, ada beberapa kegiatan yang kini tengah dilaksanakan. Antara lain, pemangkasan atau penurunan jalan. “Syarat tanjakan jalanan adalah maksimal 15 derajat kemiringan. Jadi ada beberapa titik yang kita turunkan,” kata dia.
Selain itu, ada juga kegiatan perbaikan dan pelebaran jalan. Di antaranya di ruas antara Tanjung Selor – Berau. Dari 47 Km, ada sekitar 12 Km yang sementara ini dilebarkan. Juga di ruas antara KTT – Malinau. Ada kegiatan pelebaran dan penurunan bukit.
Sementara itu, untuk jalan perbatasan, dari sekitar 1000 kilometer, ada beberapa jenis. Yaitu, jalan paralel perbatasan, juga jalan akses perbatasan. Jalan tersebut salah satunya untuk mendukung keberadaan PLBN (pos lintas batas negara).
Diketahui ada 4 PLBN yang dibangun di perbatasan Kaltara. Yaitu PLBN Sei Pancang di Sebatik, PLBN Labang, Long Nawang dan Long Midang di Krayan.
Dari 4 PLBN ini, di PLBN Long Midang yang paling sulit aksesnya. Sehingga akses jalan darat menuju ke Long Midang atau Long Bawan, Krayan menjadi prioritas pembangunan.
“Kalau PLBN Sebatik, itu akses laut. Kemudian PLBN Labang masih bisa diakses lewat sungai dari Mansalong (Lumbis). Sementara di Long Nawang bisa lewat Kaltim. Sedangkan di Long Bawan, satu-satunya akses hanya lewat udara,” ungkap dia.
Bukan berarti akses jalan ke 3 PLBN itu tidak dibangun, namun ada skala prioritas. Secara bertahap jalan ke semua PLBN akan dibangun agar aksesnya mudah. Utamanya untuk pengangkutan barang.
Terkait dengan jalan Malinau – Long Bawan, yang juga merupakan akses penghubung ke PLBN Long Midang, Zamzami mengatakan, di ruas jalan sepanjang 203 kilometer tersebut, kini ada beberapa kegiatan yang dilakukan. Di antaranya relokasi atau perubahan jalur jalan, serta pembangunan beberapa jembatan.
“Salah satu akses vital yang sekarang sudah terbangun adalah jembatan Melasuk di Semamu Malinau. Karena sebelum jembatan ini ada, akses pengiriman barang sangat sulit. Termasuk mobilisasi alat dan juga pengiriman BBM (bahan bakar minyak),” katanya.
Kini setelah jembatan selesai dibangun, meski masih semi permanen, pengiriman barang, mobilisasi alat dan juga BBM akan lebih mudah.
Untuk kegiatan relokasi jalan, dilakukan karena eksisting jalan yang sudah ada sekarang kondisi geometriknya tinggi. Melebihi derajat yang dipersyaratkan. Banyak titik yang ketinggiannya 30 derajat, bahkan lebih. Sementara syaratnya maksimal 15 derajat.
“Kita tidak turunkan di jalan eksisting yang ada sekarang. Selain biaya tinggi, juga ada resiko longsor. Karena potongnya terlalu tinggi, bahkan bisa membentuk tebing hingga 100-an meter. Makanya alternatifnya kita pindahkan atau direlokasi. Dan sekarang sedang dalam pengerjaan,” kata Zamzami.
Mengenai target tuntas pengerjaan hingga Juni 2024, di mana jalan sudah fungsional, Zamzami berharap itu akan tercapai. Disebutkan saat ini, dari 203 Km, masih ada ruas sekira 30 km yang belum tertangani. Harapannya tahun depan bisa teranggarkan, sehingga target 2024 bisa selesai 100 persen, jalan fungsional. (*)