Sejumlah Perusahaan Besar akan Serbu Kawasan Industri di Tanah Kuning – Mangkupadi

13 Maret 2022

JAKARTA, takanews.id – Kawasan Industrial Park Indonesia (KIPI) yang berada di Tanah Kuning – Mangkupadi Bulungan, Kalimantan Utara (Kaltara) menyedot perhatian publik, lantaran membidik investasi yang fantastis, US$ 132 miliar.

Grup Adaro menjadi perusahaan pertama yang mendeklarasikan diri masuk KIPI, dengan membangun smelter aluminium senilai US 728 juta.

Selain Adaro, seperti dikutip dari Nikkei, sejumlah perusahaan besar lokal dan dunia akan masuk KIPI Kaltara. Proyek yang paling menyita perhatian adalah pembangunan pabrik petrokimia bernilai kakap, US$ 57 miliar. Namun, nama perusahaan yang menggarap proyek ini belum disebutkan.

“Perjanjian pembangunan proyek itu diharapkan diteken pada awal Maret 2022,” tulis Nikkei.

Kemudian, Nikkei menyebut Tsingshan, raksasa baja nirkarat dunia asal Tiongkok. Tsingshan adalah aktor utama pembangunan kawasan industri berbasis nikel di Morowali, Sulawesi Tengah. Tsingshan adalah investor penggerak kawasan itu dan menjadikan Morowali sebagai salah satu pusat industri berbasis nikel dunia.

Lalu, tulis Nikkei, ada CATL, pemain baterai mobil listrik terkemuka dunia. CATL sudah menyampaikan akan berinvestasi US$ 5,1 miliar untuk membangun pabrik baterai mobil listrik di Indonesia.

Fortescue Futures Industries juga akan masuk kawasan itu. Fortescue, awal Desember 2021, meneken perjanjian kerja sama dengan Pemprov Kaltara untuk mengkaji kemungkinan membangun pabrik hidrogen dan amonia untuk pasar ekspor dan domestik. Kemudian, investor Jepang tertarik membangun pabrik gas dan pembangkit listrik biogas di kawasan itu.

KIPI dikembangkan PT Kalimantan Industrial Park Indonesia (KIPI), konsorsium pengusaha lokal, Tiongkok, dan Uni Emirat Arab. Luas kawasan industri ini mencapai 16.400 hektare (ha) dan bisa dikembangkan hingga 30 ribu ha.

KIPI dipimpin oleh Garibaldi Thohir, pengusaha sukses nasional, yang mengendalikan Grup Adaro dan belakangan ini agresif mengembangkan sayap bisnis. Boy Thohir, demikian dia biasa dipanggil, kini memegang sebagian saham perkebunan sawit yang berada di kawasan itu, sedangkan mayoritas saham dipegang perusahaan sawit Malaysia TSH Resources. (inv/net)